Magetan,seputarjatim.co.id – Anggota DPRD Magetan Hendrad Subyakto soroti kasus meninggalnya pasien Demam Berdarah (DB) asal Parang.
Untuk mendapatkan kebenaran informasi terkait pasien DB yang meninggal tersebut Hendrad Subyakto mendatangi Puskesmas Parang.
“Kami melakukan klarifikasi terkait pemberitaan mengenai kasus pasien DB yang meninggal. Dari sini, sementara kami simpulkan ada mis pada sistem rujukan, dan perlu pembenahan rujukan gawat darurat di RS Sayidiman,” katanya,Jumat(21/02/2025).
Hendrad juga menyampaikan untuk penyamaan Persepsi Puskesmas dan Rumah Sakitdalam penanganan pasien gawat darurat,UGD(Unit Gawat Darurat) tidak bisa menerima alasan penuh atau overload.
“Melalui sitem rujukan itu, jangan pasien digantung dengan jawaban nanti konfirmasi lagi dua jam dan seterusnya. Kalau berkaitan gawat darurat secepatnya dijawab dengan pasti, dan dilakukan penanganan,” tegas Hendrad.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Magetan,Rohmat Hidayat juga sepakat soal memperbaiki jalur komunikasi rujukan pasien.
“Ini mungkin ada masalah komunikasi di pihak rumah sakit yang menerima rujukan karena tiga kali kontak belum ada kepastian hanya diminta menunggu. Kuncinya, kalau tidak ada tempat ya disampaikan,” ucapnya
Rohmat juga berpesan, puskesmas harus lebih proaktif.
“Teman-teman di Puskesmas memang harus sering komunikasi, harus aktif dan mengedukasi pasien untuk mencari tempat lain,” harapnya.
Kepala Puskesmas Parang, Dokter Afnie Febriana menyampaikan bahwa Suyanti pasien DB yang meninggal di RSU Aisyiyah Ponorogo. Sebelum dirujuk ke Ponorogo, pasien masuk ke Puskesmas Parang, dua hari lalu.
“Bisa jalan, awalnya masih stabil. Lalu kondisi drop, trombositnya turun. Ada penyakit penyerta, gula darah tinggi, dan penyakit paru,” katanya
Puskesmas Parang lalu merujuk ke RSUD dr. Sayidiman, melalui aplikasi Sistem Rujukan Terintegrasi (Sisrute) pada pukul 10.00. Karena belum ada jawaban,
komunikasi rujukan kemudian dilanjutkan menggunakan aplikasi perpesanan whatsapp pada pukul 11 dan telpon pukul 12.
“Jawabannya, konfirmasi ulang selepas pukul 4 sore,” ungkap Dokter Afnie.
Keluarga akhirnya memutuskan merujuk ke Ponorogo sekitar pukul 15.00, namun tak tertolong dan meninggal esok paginya.(ryn)